ANALISIS FILM PENDEK SHAMPO PANTENE PRODUKSI THAILAND
SHAMPO PANTENE PRODUKSI THAILAND
Iklan Terbaik Dan
Penuh Makna Untuk Ditonton.flv_snapshot_02.45
|
Iklan pantene ini merupakan sebuah
karya dari Raj Kurup dari Thailand
sekitar tahun 2008. Dalam menciptakan karya film pendek ini, Raj memerlukan
waktu 4 bulan dan butuh waktu selama 2 tahun untuk menerbitkannya. Filem pendek
ini telah memenangkan Silver Medal di New York Film Festival 2009, untuk
kategori short movie.
Pemeran utama dalam film pendek ini adalah
seorang gadis Thailand
kelahiran Bangkok,
30 September 1992. Ia bernama Pimchanok Leuwisedpaiboon, biasanya dijuluki
dengan nama Fern/Baifern. (http://chillinaris.blogspot.com/2010/10/gadis-bisu-pemain-biola-extraordinary.html)
Iklan Pantene
Chrysalis Shampoo produksi Thailand
ini, meski film iklan ini sudah muncul di Thailand bulan September 2008.
Awalnya film berdurasi 4 menit 2 detik ini ditayangkan di bioskop, namun
akhirnya melebar ke televisi dan berbagai media.
Awalnya, saya
melihat film pendek ini merupakan sebuah film drama, tetapi setelah melihat
keseluruhannya ternyata sebuah iklan komersial
shampo pantene. Salah satu hal yang membuat saya tertarik adalah
representasi motivasi struggle for life yang ditampilkan pada film ini, hampir
disetiap adegan terdapat makna-makna metaphor, simbolisasi, ikon, tanda,
gesture, ruang, waktu, body sign, dan
body language yang ekspresif. Selain itu, film ini sangat baik dalam
mengemas tujuan dari produk iklan tersebut, menyembunyikan tujuan komersil
dalam peristiwa kehidupan dengan mengangkat peristiwa-peristiwa kehhdupan
realitas, moralitas, dan motivasi.
Berbeda dengan
standar iklan shampoo yang umumnya menggunakan selebriti sebagai endorser-nya,
di film ini tidak ada selebriti sama sekali. Melalui cerita yang emosional,
Pantene berusaha membangun kedekatan dengan audiensnya. Logo Pantene sendiri
hanya muncul di akhir film, dan kekhasan kibasan rambut (seperti iklan shampoo
pada umumnya) muncul saat si anak perempuan bisu dan tuli ini dengan ekspresif
membawakan biolanya di konser. Tema “You Can Shine” terasa kena sekali
dengan cerita ini, dimana semua orang, dengan keterbatasannya masing-masing
tetap bisa bersinar asalkan punya niatan kuat.
Dalam film ini,
jangka waktu perkembangan dari fase
anak-anak menuju remaja direkam dan abadikan hanya dalam 40 menit. Indeks
waktunya begitu bergerak cepat. Ruang waktu yang ditampilkan hanyalah waktu
siang hari saja, suasana malam hari malahan tidak disorot. Suasana siang hari
merepresentasikan bahwa hidup itu sangat cerah, terang, dan segala sesuatunya
bisa dilihat.
Sejak kecil,
gadis tuli dan bisu ini menyenangi musik. Ia menikmatinya dengan cara melihat dan
berimajinasi sendiri. Ia mengagumi seorang bapak tua musisi jalanan. Di
perjalanan pulang sekolah, dalam
pikirannya masih terbayang sewaktu ia di tegur dan di caci oleh temannya. Ia
tidak sadar kalau dibelakangnya berjalan sebuah mobil yang berkali-kali
memberikan klakson pada gadis tuli tersebut. Kata-katanya seperti ini:
“ seekor bebek ingin terbang? Dan seseorang yang tuli ingin belajar memainkan
biola? Apakah kamu sudah gila? Belajar yang lain saja !”
snapshot_00.17
|
Dari potongan adegan di atas, memusatkan perhatiannya kepada gadis tuli dan mobil yang
sedang berjalan di belakangnya. Sedangkan latarnya dibuat blur untuk
menciptakan aksentuasi benda di depannya. Konflik dalam kisah ini menyerupai
konflik pada film bawang merah dan bawang putih, gadis yang berkuncir memiiki
sifat dan sikap yang jahat, sedangkan gadis tuli dan bisu memiliki sifat dan
berpera n gai
amat baik.
Pada shot di
atas mendeskripsikan suasana konflik dimana gadis berkuncir merasa risih
melihat gadis buta dan tuli belajar bermain biola. Dirinya merasa mempunyai
sesuatu yang lebih dibanding gadis tuli tersebut,sehingga pantang bagi dia
terkalahkan oleh orang yang lain, apalagi hanya seorang gadis tuli dan bisu.
Dan ia berusaha untuk mematahkan tekad
gadis tuli tersebut.
Gadis tuli dan
bisu ini mengunjungi bapak tua sang musisi jalanan. Di sana ia melihat pertunjukan musik sang musisi
jalanan. Setelah itu ia menghampirinya kemudian, bapak tua tersebut bertanya
dengan menggunakan bahasa isyarat, kemudian mereka mengobrol tentang harapan si
gadis tuli. Bapak tua tersebut berhasil membangkitkan tekad gadis tuli melalui
kata-kata bijaknya. Gadis tuli bertanya kepada bapak tua,” kenapa saya berbeda dengan yang lain?”. Lalu bapak tua itu
menjawabnya,”kenapa? Apakah kamu harus
sama dengan yang lainnya? Musik adalah sesuatu yang bisa dilihat. Pejamkan
mata... dan kamu akan melihatnya”.
Gambar adegan
pada durasi 00.43/04.20 menit di atas mendeskripsikan suatu gesture tangan yang
bermakna menanyakan sesuatu kepada gadis
tuli tersebut menggunakan suatu ikonisasi. Bapak tua tersebut bertanya: “apakah kamu masih suka bermain violin?”
Gambar: adegan pada durasi 00.51-00.53
“Kenapa saya
berbeda dengan yang
lain?”.
|
Gambar di atas merupakan suatu adegan ketika gadis kecil
bertanya kepada bapak tua:
Gambar yang diberi outline
lingkaran di atas merupakan suatu gesture yang merepresentasikan bahasa lisan.
Gesture tersebut merupakan signified sekaligus signifier.
,”kenapa? Apakah kamu harus sama dengan yang lainnya? Musik adalah
sesuatu yang bisa dilihat. Pejamkan mata...
dan kamu
akan melihatnya”.
|
Gambar di atas merupakan suatu adegan ketika Bapak tua
menjawab pertanyaan dari gadis tuli:
Gambar yang diberi outline
lingkaran di atas merupakan suatu gesture yang merepresentasikan bahasa lisan.
Gesture tersebut merupakan signified sekaligus signifier. Arti dari kata-kata /
makna dari kata di atas adalah:
“semua makhluk hidup pada dasarnya mempunyai kekurangan dan kelebihan
masing-masing,musik merupakan sesuatu yang bisa
dilihat, dengan memejamkan kedua
mata, lalu kemudian berimajinasilah... walaupun kamu tuli dan bisu, tapi tidak
tuli dan bisu dalam melihat musik”.
Adegan
metafora dalam film ini terletak pada durasi 01:15-01:5, setelah
gadis tuli mendengar kata-kata dari bapak tua dan setelah bapak tua memberi
hadiah biola. Gadis tuli ini membayangkan
sedang bermain biola di tempat yang tinggi, kemudian melantunkan irama
biolanya di padang ilalang dengan penuh emosi, keharmonisan, kedamaian, beserta
kebebasan dan terlepas dari seorang
gadis yang berkuncir.
Shot 01:15-01:26
Sewaktu-waktu,
gadis tuli ini melihat suatu pamplet pengumuman kontes musik klasik, dan ia pun
bertekad untuk mengikutinya.
Shot 01: 29 dan 01:31
Adegan metafora
lainnya terdapat pada durasi film 03:22 ketika gadis tuli tampil dan beraksi
dengan penuh kesadaran dan kealamiannya. Disaat emosi estetik tersalurkan, ia
mengimajinasikan dirinya berada di padang ilalang dengan
pengambilan shoot video bird eyes dan merepresentasikan pengalaman dirinya pada sebuah metamorfosa kupu-kupu yang
berawal dari telur dan terus berkembang sampai menjadi kupu-kupu dewasa dan
siap terbang menuju cahaya yang terang seperti di bawah ini.
 :
Metafora perjalanan hidup. Metamorposis
kupu-kupu sebagai representasi subyek.
Shot 03:22-03:34/04:02
Metamorphosis
kupu-kupu di atas merupakan sebuah metafora kehidupan yang
membutuhan sejumlah waktu untuk menjadi berkembang, ber hasil dan
berujung indah. Semuanya itu membutuhkan waktu dan perjuangan.
Adegan klimaks yang sangat mencolok
adalah waktu tokoh antagonis muda yang berlatih dengan keras dan menghalalkan
segala cara untuk menghalangi gadis tuli dan buta agar tidak bisa mengikuti
kontes musik. Tokoh antagonis ini menyuruh beberapa orang untuk mengganggu
bapak tua dan gadis tuli, mereka memukul bapak tua sampai terjatuh dan merusak
biola si gadis tuli.
Adegan
ini berawal dari ketika tokoh antagonis ini melihat bapak tua dan gadis tuli
itu berlatih.
Shot 01:47
Shot 01:49
Tokoh
antagonis melihat sang musisi jalanan tua sedang memainkan biola bersama si
gadis tuli. Dari tatapan matanya terdapat body sign yang member kode bahwa
tatapan ini bukan tatapan yang penuh kesenangan, tetapi tatapan yang penuh rasa
dendam, iri, serta was-was takut terkalahkandalam kontes musik klasik. Karena
tak mau terkalahkan, ia pun berlatih dengan keras dengan penuh emosi dan misi
untuk menjatuhkan gadis tuli, serta menyuruh seseorang untuk menggangu mereka.
Snapshot 01:52 dan 01:53, pemeran antagonis berlatih keras
Snapshot 02:00-02:01
Dari gesture dan mimik
wajahnya bisa dilihat, tatapannya penuh rasa dendam, kemudian snapshot ke 2
memperlihatkan gesture bibir dan gerak mata penuh dengan keculasan dan
kepuasan atas sesuatu yang ia rencanakan.
|
Snapshot 01:55-02:00
Sang musisi jalanan tua dan
gadis tuli sedang diganggu oleh orang suruhannya tokoh antagonis.
|
Presentasi piano
diakhirh dengan tanda seru. Adegan ini merupakan shock effect yang memberikan guncangan dan kejutan yang sangat luar
biasa bagi tokoh antagonis, bagaimana
bisa orang yang telah ia intimidasi dan biolanya hancur,tetapi masih bisa
tampil dalam kontes musik klasik tersebut.
Shot 20:06-20:21, Tokoh antagonis tercengang dengan wajah pucat dan penuh
dengan guncangan
Setelah
pertunjukkan musik sang pianis antagonis selesai, para penonton heboh dan
terkagum-kagum. Tetapi tiba-tiba ada yang member tahu kepada pembawa acara
bahwa masih ada peserta terakhir, sang pianis antagonis itu kaget, ternyata
yang dimaksudnya adalah si gadis tuli.
Shot 02:23-02:45
Gadis tuli
dating dengan biolanya yang penuh dengan perekat selotip. Ia mengingat
perkataan sang musisi jalanan tua dengan memejamkan matanya, mengingat
peristiwa yang telah dilaluinya yang ia jadikan sebagai motivasi untuk
berjuang. Tak lama, ia langsung merenung dan berimajinasi, lalu dimainkanlah
biolanya. Penonton yang ngantuk pun terbangun dan berubah menjadi segar setelah mendengar lantunan irama musik klasik
yang ia bawakan. Pada shot adegan yang ketiga, terdapat suatu adegan yang diskontinu, tetapi urutannya dipisahkan
dengan batas “Blur”
Shot 02:.42-03:37
Ia memainkan
musik dengan penuh perasaan, ekspresif, dan baik. Sehingga saat ia selesai
membawakan sebuah lagu, para penonton tercengang dan terkagum-kagum melebihi
saat pertunjukan pianis tadi. Di sini, efek cahaya dan angin sangat mendominasi
visual dan setting shot pada tiap adegan.
Shot 03:39- 03:50, para penonton bengong dan terkagum-kagum
Film pendek ini
mempunyai penekanan yang kuat pada permainan biola, rambut hitam dan
panjang,serta cahaya. Setelah pertunjukkan ini, barulah muncul logo produk
bersama sinar dan tema dari film ini. Entah mengapa gambar produk tidak
ditampilkan, mungkin bagi pengarang film ini yang lebih penting adalah taste
dari film ini. Yang paling penting ia dapat mengajak para penonton masuk ke
dalam skenarionya, sehingga timbul rasa kagum dan secara otomatis kagum juga
pada produk pantene tersebut.
Shot 03:58-
04:02
Film ini
memiliki Narrative syntagm (urutan cerita) yang termasuk “alternate syntagm”, karena membentuk suatu montase. Kebanyakan
menggunakan linguistic metafora allegory, sebuah metafora yang diperluas dimana
cerita menggambarkan atribut penting dari subjek. Tipe sintak yang sering
muncul yaitu autonomous shot yang
menggambarkan single shot, sequence shot,
dan keempat tipe insert (non-diegetic
insert/ external object, subjective insert/mimpi/ ketakutan, displaced diegetic insert, dan explanatory insert/detail.
Film ini
memiliki tujuan denotasi yang didukung oleh visual
analogy, auditory analogy, analogy image, realitas, sound track, image track
dan narasi teks dengan frekuensi cerita repetisi dimana si gadis tuli
mengingat kembali peristiwa yang sudah dialaminya atau flashback
Shot
beberapa adegan terakhir lebih fokus pada rambut hitam dan panjang serta
spectrum cahaya yang lambatlaun berubah menjadi logo pantene dan suatu kata
mutiara yang berbunyi “you can shine”.
Pesan yang bisa diserap dari film pendek
ini yaitu :
· “Nothing is impossible, when you believe...
Never give up, no matter how hopeless... Everyone can shine”
· “Semua makhluk
hidup pada dasarnya mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing, musik
merupakan sesuatu yang bisa dilihat,
dengan memejamkan kedua mata, lalu
kemudian berimajinasilah... walaupun kamu tuli dan bisu, tapi tidak tuli dan
bisu dalam melihat musik”.
· Walaupun kita
sudah bekerja keras dalam mengerjakan segala sesuatu, apabila tidak diiringi
dengan niat yang baik, maka tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal.
· Kita harus
percaya pada kemampuan diri, dan jangan takut menjadi diri sendiri, tetap
optimis dan semangat dalam menjalani hidup.